Man City Hampir Menyerah di Etihad Foden Mengamuk, Guardiola Soroti ‘Penyakit’ Babak Kedua
Manchester City memang meraih kemenangan 3-2 atas Leeds United, tetapi cara mereka memenangkan pertandingan justru membuka kembali masalah lama yang semakin mengkhawatirkan. Phil Foden tampil luar biasa dan menyelamatkan City, namun Pep Guardiola tetap menegaskan bahwa timnya masih membawa “penyakit” yang belum sembuh.
City Menguasai Babak Pertama, Lalu Kehilangan Kendali
Sejak awal pertandingan, City langsung menekan Leeds dan menguasai permainan sepenuhnya. Mereka menciptakan peluang demi peluang, dan terlihat siap menang besar. Namun, ketika babak kedua dimulai, segalanya berubah drastis.
Leeds mulai menekan lebih agresif, sementara City kehilangan ritme dan organisasi. Perubahan ini membuat para pemain City panik dan mulai membuat kesalahan elementer. Kondisi yang tadinya berada dalam kendali penuh berubah menjadi situasi berbahaya yang mengancam tiga poin mereka.
Guardiola kemudian menegaskan bahwa timnya kembali gagal mempertahankan energi dan fokus selama 90 menit. Ia mengakui bahwa masalah yang sama terus muncul dalam beberapa pertandingan terakhir.
Foden Mengambil Alih Ketika Haaland Menyusut
Ketika Erling Haaland gagal memberikan kontribusi berarti sepanjang laga, Phil Foden justru mengambil peran sebagai pusat serangan City. Ia mencetak gol pembuka ketika pertandingan baru berjalan beberapa detik, lalu kembali muncul di masa injury time untuk memastikan kemenangan yang sangat penting.
Selain itu, Foden memperbaiki catatan pribadinya dengan total 63 gol Liga Primer, melampaui David Beckham. Guardiola memuji Foden dengan menyebutnya sebagai pemain yang selalu muncul di momen genting dan mampu membawa City keluar dari tekanan.
Dengan performa ini, Foden memperlihatkan bahwa ia siap menjadi motor utama serangan City, terutama ketika para striker mengalami hari buruk.
Statistik Menunjukkan Masalah Mendasar City
Ketika kita melihat data, pola bermasalah City semakin jelas. Di babak pertama, City mencatat xG 2,39, angka tertinggi yang dihasilkan tim mana pun musim ini. Namun, setelah turun minum, City justru merosot tajam dengan xG hanya 0,36. Sebaliknya, Leeds meningkatkan xG mereka menjadi 1,41.
Tren ini tidak muncul sekali. Sepanjang musim, City menciptakan total xG 15,5 di babak pertama, tetapi hanya 9,3 di babak kedua. Angka ini memperlihatkan bahwa City sering kehabisan energi atau kehilangan fokus setelah jeda, sebuah masalah yang dapat berakibat fatal dalam perebutan gelar.
Farke Mengubah Tak Tik Leeds dan Membuat City Kewalahan
Daniel Farke membaca kelemahan City dengan cepat. Ia mengganti formasi awal 4-3-3 menjadi 5-3-2 dan memasukkan Dominic Calvert-Lewin untuk berduet dengan Lukas Nmecha. Pergantian ini langsung mengubah jalannya pertandingan. Dua striker fisik Leeds menekan pertahanan City dan memaksa Ruben Dias serta Josko Gvardiol bertahan satu lawan satu.
Calvert-Lewin kemudian memanfaatkan kesalahan Matheus Nunes untuk mencetak gol empat menit setelah babak kedua dimulai. Perubahan Farke membuat City kehilangan struktur permainan dan terpaksa melakukan penyesuaian mendadak. Guardiola bahkan memanggil para pemain outfield ketika terjadi jeda akibat cedera kiper Leeds untuk memberikan instruksi tambahan.
Taktik Farke menunjukkan bahwa tim lain bisa mengganggu City dengan bermain lebih direct dan menggunakan dua striker fisik, terutama di babak kedua ketika intensitas City menurun.
City Menggeser Chelsea, tetapi Arsenal Masih Mengontrol Jalannya Persaingan
Dengan kemenangan ini, City naik ke posisi kedua klasemen sementara dengan 25 poin. Mereka menggeser Chelsea dan memperkecil jarak dengan Arsenal. Namun, situasi tersebut belum membuat City berada di posisi aman. Arsenal memimpin dengan 29 poin dan masih menyimpan satu pertandingan. Jika Arsenal menang, mereka bisa memperlebar selisih menjadi tujuh poin, sebuah margin yang dalam sejarah Liga Primer selalu menghasilkan juara.
Dengan demikian, kemenangan City atas Leeds lebih menjadi upaya bertahan dalam perburuan gelar daripada memberikan tekanan nyata kepada Arsenal.
Klasemen Liga Primer
| Pos | Tim | M | Menang | Imbang | Kalah | GF | GA | GD | Poin |
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | Arsenal | 12 | 9 | 2 | 1 | 24 | 6 | +18 | 29 |
| 2 | Man City | 13 | 8 | 1 | 4 | 27 | 12 | +15 | 25 |
| 3 | Chelsea | 12 | 7 | 2 | 3 | 23 | 11 | +12 | 23 |
Kesimpulan: City Menang, tetapi Pekerjaan Rumahnya Masih Banyak
Phil Foden memang menyelamatkan Manchester City dan memberikan mereka tiga poin penting. Namun, kemenangan ini kembali mengungkap betapa rapuhnya City di babak kedua. Para pemain kerap mengandalkan momen individu untuk keluar dari tekanan, bukan sistem permainan yang solid.
Jika Guardiola ingin mengejar Arsenal dan mempertahankan gelar, ia harus memperbaiki kelemahan mendasar timnya. City tidak bisa terus menang dengan cara yang penuh risiko seperti ini. Konsistensi sejak menit pertama hingga menit terakhir menjadi pekerjaan terbesar mereka ke depan.
