Lemparan Jauh Kini Mengalahkan Tendangan Sudut di Premier League
Lemparan jauh yang dulu dianggap cara kuno untuk memulai permainan kini berubah menjadi senjata strategis yang jauh lebih berbahaya. Premier League menyaksikan kebangkitan taktik yang sempat diremehkan ini, sementara klub-klub seperti Brentford dan Sunderland memanfaatkannya dengan cara yang berbeda dan bahkan kontroversial.
Transformasi dari Trik Usang Menjadi Taktik Modern
Pada era Rory Delap di Stoke City, publik sering menilai lemparan jauh sebagai pendekatan pragmatis yang tidak menarik. Namun, seiring berkembangnya analisis data dan spesialisasi peran dalam sepakbola, klub-klub Premier League mulai memandang lemparan ke dalam sebagai peluang emas. Kini, banyak tim melatih eksekusinya secara serius karena angka menunjukkan peningkatan gol dari situasi ini serta jarak lemparan yang terus bertambah.
Brentford Mendorong Revolusi: Kayode Jadi Motor Utama
Kayode Mengubah Lemparan Jauh Menjadi Ancaman Nyata
Brentford memainkan peran penting dalam kebangkitan lemparan jauh. Michael Kayode menjadi tokoh utama yang memimpin tren ini. Ia melepaskan 54 lemparan jauh langsung ke kotak penalti musim ini, dan angka ini menjadi yang tertinggi di liga. Selain itu, ia mencatat rata-rata jarak lemparan 33,2 meter, yang menjadikannya pelempar paling mematikan.
Tren ini berbuah nyata. Brentford mencetak tiga gol melalui lemparan Kayode, yang kini memainkan peran setara dengan pengambil sepak pojok bagi The Bees. Dengan kata lain, Brentford tidak lagi menganggap lemparan ke dalam sebagai momen “aman”, melainkan peluang menyerang yang harus mereka maksimalkan.
Tidak Bergantung pada Satu Pemain
Brentford juga memperkuat ancaman dari sektor ini melalui Mathias Jensen dan Kevin Schade. Jensen bahkan beberapa kali menembus jarak 45,4 meter, yang membuat Brentford memiliki paket lengkap untuk memanfaatkan lemparan jauh. Mantan pelatih spesialis bola mati, Keith Andrews, yang kini menukangi Brentford, menerapkan filosofi bahwa setiap potensi keuntungan harus dieksploitasi secara maksimal.
Pesaing Utama di Liga: Dari Sunderland hingga Tottenham
Walaupun Kayode memimpin, sejumlah pemain lain terus mengejar. Nordi Mukiele dari Sunderland mencatat 46 lemparan jauh, sementara Chris Richards dari Crystal Palace mengoleksi 29 lemparan. Burnley, Bournemouth, dan Leeds United juga memiliki pemain dengan kemampuan lemparan jauh konsisten. Selain itu, Tottenham menghadirkan dimensi baru melalui Lucas Bergvall, yang mampu melempar hingga rata-rata 30,6 meter.
Sebaliknya, klub-klub besar seperti Chelsea, Liverpool, dan Manchester City masih tetap menjaga gaya permainan berbasis penguasaan bola sehingga jarang memanfaatkan lemparan jauh secara langsung. Perbedaan pendekatan ini menunjukkan bahwa strategi lemparan jauh berkembang terutama pada klub yang berupaya mencari nilai tambah dari situasi bola mati.
Tabel Pemimpin Lemparan Jauh Premier League
| Pemain | Klub | Jumlah Lemparan | Rata-rata Jarak |
|---|---|---|---|
| Michael Kayode | Brentford | 54 | 33,2 m |
| Nordi Mukiele | Sunderland | 46 | 28,0 m |
| Chris Richards | Crystal Palace | 29 | 28,3 m |
| Kyle Walker | Burnley | 26 | 28,8 m |
| Antoine Semenyo | Bournemouth | 26 | 26,1 m |
| Ethan Ampadu | Leeds United | 21 | 29,7 m |
Sunderland Menghadirkan Taktik “Legal tapi Licik”
Saat menjamu Arsenal, Sunderland menciptakan kontroversi. Mereka menggeser papan iklan lebih dekat ke garis lapangan untuk mengurangi ruang ancang-ancang pemain lawan. Langkah ini menekan peluang Arsenal untuk melepaskan lemparan jauh yang optimal.
Aturan liga memang hanya menetapkan jarak minimum satu meter antara papan iklan dan lapangan. Karena itu, Sunderland memanfaatkan celah tersebut untuk meredam ancaman lawan tanpa melanggar peraturan. Pendekatan ini kemudian menurunkan jumlah lemparan jauh efektif Arsenal, meski tidak sepenuhnya mematikan ancaman mereka.
Pelatih spesialis lemparan ke dalam, Thomas Gronnemark, menilai taktik tersebut sebagai strategi sah dalam kompetisi modern yang sangat detail. Klub yang kurang unggul dalam lemparan jauh kini justru mencari cara untuk menonaktifkan kekuatan lawan melalui manipulasi ruang fisik.
Stadion Mana yang Paling Menguntungkan Pelempar Jauh?
Berdasarkan data, asumsi bahwa lapangan sempit otomatis mendukung lemparan jauh ternyata tidak sepenuhnya benar. Meskipun Brentford memimpin statistik di banyak stadion, rekor lemparan terjauh justru dicatat Rodrigo Gomes dari Wolves dengan jarak 46,1 meter. Namun, Wolves jarang memanfaatkan situasi ini dalam permainan.
Sementara itu, The City Ground milik Nottingham Forest mencatat rata-rata jarak lemparan terpanjang di liga. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemain dan pola permainan memberi pengaruh lebih besar dibandingkan ukuran lapangan.
Tabel Stadion dengan Lemparan Terjauh
| Stadion | Jarak Rata-rata |
|---|---|
| The City Ground | 32,50 m |
| Gtech Community Stadium | 29,80 m |
| Selhurst Park | 29,50 m |
| Tottenham Hotspur Stadium | 29,50 m |
| Craven Cottage | 29,40 m |
Kesimpulan: Lemparan Jauh Resmi Menjadi Tren Baru Premier League
Premier League kini memasuki fase baru di mana lemparan ke dalam memiliki dampak yang sama besar dengan sepak pojok atau tendangan bebas. Dalam dua musim terakhir, rata-rata jarak lemparan meningkat dari 16,5 meter menjadi 18,6 meter. Klub-klub pun mulai menambah staf pelatih khusus untuk mengasah teknik ini.
Brentford, Crystal Palace, dan Burnley menjadikan lemparan jauh sebagai bagian penting identitas permainan mereka. Di sisi lain, Sunderland mendorong batas-batas regulasi untuk menetralkan ancaman lawan. Akibatnya, pertarungan taktik di pinggir lapangan semakin sengit dan kemungkinan besar akan terus berkembang pada musim-musim berikutnya.
