Jurgen Klopp Akhirnya Ungkap Alasan Menolak Manchester United, Itu Bukan Proyek Saya
Jurgen Klopp akhirnya mengungkap cerita di balik keputusannya memilih Liverpool daripada Manchester United. Dalam wawancara di podcast The Diary of a CEO bersama Steven Bartlett, mantan pelatih The Reds itu menjelaskan bahwa Manchester United sempat mendekatinya pada tahun 2013, tepat setelah Sir Alex Ferguson pensiun.
Klopp mengaku masuk dalam daftar calon pengganti Ferguson, tetapi ia menegaskan masih berkomitmen penuh dengan Borussia Dortmund.
“Ketika Sir Alex pensiun, mereka berbicara dengan saya. Saya merasa terhormat, tapi saya masih muda dan memiliki proyek besar di Dortmund. Mungkin mereka tertarik melihat bagaimana tim kami bisa tampil sehebat itu,” ujar Klopp.
Dortmund dan Gaya Bermain yang Menggetarkan Eropa
Pada tahun 2013, Dortmund tampil mengesankan di bawah asuhan Jurgen Klopp. Ia berhasil membawa klub Jerman itu menembus final Liga Champions dan memperkenalkan gaya bermain yang cepat, agresif, dan penuh energi.
Klopp mengingat bagaimana dunia sepak bola saat itu terpukau oleh performa Dortmund, termasuk beberapa pemain Inggris yang kelak ia latih di Liverpool.
“Saya mendengar James Milner dan Adam Lallana terbang ke Madrid untuk menonton Dortmund di semifinal Liga Champions. Itu menjadi pujian besar bagi kami,” kenangnya.
Waktu yang Tidak Tepat dan Proyek yang Tidak Sesuai
Meskipun merasa bangga dengan ketertarikan Manchester United, Klopp menegaskan bahwa saat itu bukan waktu yang tepat. Ia masih terikat kontrak di Dortmund dan tidak berencana meninggalkan klub.
“Manchester United mencoba mendekati saya, tapi waktunya salah. Saya masih memiliki komitmen dengan Dortmund. Mereka membutuhkan manajer baru, dan saya hanyalah salah satu dari beberapa kandidat,” jelasnya.
Namun, alasan Klopp menolak tidak berhenti di situ. Ia juga merasa tidak cocok dengan arah proyek yang ditawarkan oleh manajemen United.
Klopp Tidak Tertarik dengan Proyek “Bintang Besar”
Klopp menjelaskan bahwa dalam pembicaraannya dengan pihak Manchester United, manajemen menawarkan kebebasan penuh untuk merekrut pemain mana pun, termasuk rencana mengembalikan Paul Pogba dan Cristiano Ronaldo.
“Saya kurang menyukai arah pembicaraannya. Mereka mengatakan, ‘kami bisa mendatangkan siapa pun yang Anda mau—pemain ini, pemain itu.’ Tetapi bagi saya, itu bukan proyek yang saya cari,” ujar Klopp tegas.
Ia menilai strategi seperti itu tidak sejalan dengan filosofi kepelatihannya. Klopp lebih suka membangun tim dari dasar, bukan mengandalkan nama besar.
“Pogba pemain luar biasa, dan Ronaldo jelas salah satu yang terbaik di dunia bersama Messi. Namun, membawa kembali pemain lama jarang berhasil. Saya ingin proyek yang tumbuh secara alami, bukan sekadar deretan bintang,” tambahnya.
Selain itu, Klopp menyoroti bahwa dalam pertemuan dengan pihak Manchester United, tidak ada pembahasan soal filosofi permainan.
“Tidak ada diskusi tentang gaya bermain atau arah sepak bola klub. Saat itu juga saya merasa, ini bukan tempat yang tepat untuk saya,” ujarnya.
Liverpool Datang dengan Proyek Sepak Bola yang Murni
Beberapa waktu kemudian, Liverpool menghubungi Klopp. Berbeda dengan Manchester United, klub asal Merseyside itu datang dengan visi yang sesuai dengan prinsipnya.
“Liverpool menawarkan proyek yang murni tentang sepak bola. Mereka berbicara tentang membangun tim, mengembangkan pemain, dan menciptakan sesuatu yang nyata. Itulah yang saya cari,” jelas Klopp.
Keputusan itu terbukti tepat. Klopp membawa Liverpool kembali ke puncak dunia sepak bola dengan memenangkan Liga Champions, Liga Primer Inggris, Piala FA, dan Piala Liga.
Klopp Meninggalkan Warisan, Tapi Belum Menutup Pintu
Setelah hampir sembilan tahun di Anfield, Klopp memutuskan mundur dan kini menjabat sebagai Kepala Sepak Bola Global di Red Bull. Meskipun pernah menegaskan tidak akan melatih klub Inggris lagi, ia tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke Liverpool suatu hari nanti.
Arne Slot dan Tekanan Baru di Liverpool
Setelah Klopp pergi, Arne Slot mengambil alih kursi pelatih Liverpool. Pelatih asal Belanda itu memulai dengan gemilang dan membawa The Reds menjuarai Liga Inggris pada musim debutnya. Namun, belakangan ini performa tim menurun drastis.
Kekalahan dari Manchester United di Anfield pada Minggu (19/10) memperpanjang catatan buruk Liverpool menjadi empat kekalahan beruntun di semua kompetisi. Kini, Slot harus mencari cara untuk membalikkan keadaan ketika Liverpool menjamu Eintracht Frankfurt di Liga Champions pada Kamis (23/10) dini hari WIB, sebelum bertandang ke markas Brentford akhir pekan ini.
Kesimpulan
Jurgen Klopp tidak menolak Manchester United karena takut gagal, tetapi karena visi sepak bolanya berbeda. Ia menolak proyek yang berorientasi pada bintang besar dan memilih membangun tim yang tumbuh secara organik. Keputusan itu membawanya menuju kesuksesan luar biasa bersama Liverpool—sebuah perjalanan yang kini menjadi bagian penting dari sejarah modern sepak bola Inggris.
