Revolusi PSG: Luis Enrique Tegas Usir Neymar, Klub Kini Jadi Bintang Utama
Revolusi PSG Luis Enrique Tegas Usir Neymar, Klub Kini Jadi Bintang Utama
Pada 2023, manajemen Paris Saint-Germain (PSG) menunjuk Luis Enrique sebagai pelatih kepala dan memulai era baru. Klub raksasa Prancis itu meninggalkan kebiasaan membeli megabintang mahal dan beralih fokus pada pengembangan pemain muda serta pembentukan tim yang lebih seimbang.
Sebagai langkah awal, Enrique langsung menegaskan bahwa PSG harus bermain sebagai satu kesatuan, bukan sebagai panggung individual para bintang.
Perpisahan Mengejutkan Neymar
Hanya sebulan setelah Enrique mengambil alih, PSG menjual Neymar ke klub Arab Saudi Al-Hilal dengan nilai transfer €90 juta.
Direktur olahraga Luis Campos mengungkap kepada RMC Sport bahwa Enrique secara langsung menyampaikan perpisahan yang mengejutkan.
“Luis Enrique menjadi orang pertama yang berkata kepada Neymar, ‘Baguslah kalau kau pergi,’ dan ia mengatakannya tepat di hadapan Neymar,” jelas Campos.
Campos menambahkan bahwa Enrique ingin membangun tim yang mengutamakan kerja sama dan memilih pemain berdasarkan performa latihan, bukan nama besar. Keputusan ini sekaligus menandai berakhirnya era ketergantungan PSG pada megabintang.
Era Trio Mega Bintang Berakhir
Neymar bergabung dari Barcelona pada 2017 dan mengoleksi lima gelar Ligue 1. Ia sempat membentuk trio mematikan bersama Kylian Mbappé dan Lionel Messi, tetapi mereka gagal mempersembahkan trofi Liga Champions.
Ironisnya, setahun setelah ketiganya meninggalkan Paris, Enrique justru memimpin PSG meraih pencapaian yang selama ini mereka idamkan.
Treble Sejarah di Musim Pertama
Pada musim debut tanpa Neymar, PSG menutup perjalanan Liga Champions dengan mengalahkan Inter Milan 5-0 di final. Kemenangan itu memberi PSG trofi Eropa pertama dan melengkapi sapu bersih seluruh gelar domestik—sebuah treble yang menegaskan keberhasilan strategi baru klub.
Keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa keputusan berani untuk mengutamakan kolektivitas langsung memberikan hasil nyata.
Strategi Transfer Berbasis Kolektivitas
Arsitek kebijakan baru PSG, Luis Campos, yang bergabung pada 2022, menjelaskan bahwa klub kini menempatkan permainan kolektif di atas status individu.
“Kami ingin semua orang paham bahwa pelatih menilai pemain dari kerja keras, bukan latar belakang. Status tidak menjamin tempat di starting eleven,” tegas Campos.
Selanjutnya, Campos menuturkan, “Permainan kami sekarang lebih direct. Kami membutuhkan pemain bertubuh tinggi, nyaman menguasai bola, dan mampu menawarkan banyak opsi.”
Ia menekankan bahwa klub kini menjadi bintang sejati. “Kami tidak menutup kemungkinan mendatangkan pemain besar, tetapi mereka harus menyesuaikan diri dengan mesin PSG. Kami membantu Luis menerapkan filosofi ini,” katanya.
Masa Depan Neymar yang Tidak Pasti
Setelah petualangan di Arab Saudi, Neymar kembali memperkuat klub masa kecilnya, Santos, di kompetisi Serie A Brasil atau Brasileirao. Meskipun ia tampil bugar, pelatih Timnas Brasil Carlo Ancelotti tetap tidak memanggilnya untuk jeda internasional September lalu.
Akibatnya, peluang Neymar untuk tampil di Piala Dunia 2026 semakin menipis, sehingga masa depannya bersama Selecao menjadi tanda tanya besar.
Dengan langkah berani dan visi jangka panjang, PSG kini bergerak sebagai satu kesatuan dan membuktikan bahwa mengandalkan kolektivitas mampu menghadirkan kejayaan di panggung Eropa.
