Pahlawan Istanbul Terjerumus Steve Finnan Terpaksa Menjual Medali Liga Champions demi Bertahan Hidup
Steve Finnan pernah menikmati puncak kejayaan saat membantu Liverpool menciptakan “Keajaiban Istanbul” pada final Liga Champions 2005. Namun setelah meninggalkan dunia sepakbola, ia justru memasuki babak hidup yang jauh lebih keras. Alih-alih menikmati masa pensiun yang stabil, ia harus menghadapi sengketa bisnis yang melibatkan kakaknya sendiri dan menyeretnya ke ambang kebangkrutan.
Membangun Bisnis Keluarga yang Berujung Bencana
Setelah pensiun pada 2010, Finnan memilih berinvestasi di sektor properti. Ia menanamkan jutaan poundsterling ke perusahaan yang ia jalankan bersama sang kakak, Sean. Dengan harapan dapat memperkuat masa depan finansialnya, ia juga menempatkan aset-aset penting, termasuk rumah mewah di Wimbledon, ke dalam usaha tersebut.
Namun seiring waktu, hubungan bisnis itu berubah menjadi sumber masalah. Finnan semakin bingung ketika melihat perusahaan kehabisan dana, padahal ia sudah menyuplai modal besar.
Keyakinan Runtuh Saat Dana Perusahaan Menghilang
Pada 2016, Finnan mulai mempertanyakan pengelolaan bisnis yang berada di tangan Sean. Ia mendapati bahwa dana perusahaan berkurang drastis tanpa kejelasan. Ia pun menuduh Sean memakai uang perusahaan untuk keperluan pribadi dan menandatangani kontrak konstruksi yang tidak efisien. Akibatnya, kepercayaan yang menjadi fondasi bisnis keluarga tersebut hancur.
Menggugat Kakak dan Menang Tanpa Hasil Nyata
Karena merasa dirugikan, Finnan akhirnya menggugat kakaknya. Pada 2018, keduanya mencapai kesepakatan yang mewajibkan Sean menyerahkan saham serta membayar Finnan £4 juta. Sekilas, penyelesaian itu memberikan kemenangan moral bagi Finnan.
Namun kenyataan berkata lain. Setahun kemudian, Sean jatuh bangkrut sehingga tidak bisa membayar uang yang dijanjikan. Finnan pun hanya mampu memperoleh kurang dari £300 ribu dari sisa penjualan aset perusahaan. Akhirnya, ia menyadari bahwa “kemenangannya” hanya tertulis di atas kertas.
Melanjutkan Perjuangan dengan Menggugat Firma Hukum
Tidak puas dengan hasil itu, Finnan beralih menggugat firma hukum yang sebelumnya mewakilinya. Ia menilai mereka memberikan nasihat yang buruk sepanjang sengketa. Meskipun ia berusaha keras, pengadilan menolak gugatan tersebut. Menurut hakim, firma hukum itu telah bekerja sesuai standar profesional dan tidak mungkin mencapai hasil yang lebih baik mengingat kondisi finansial perusahaan yang sudah hancur.
Bertarung Sendirian di Pengadilan dan Ditolak Mentah-Mentah
Situasi semakin sulit ketika Finnan harus menghadapi proses kebangkrutannya sendiri. Dalam sidang terbaru, ia datang tanpa pengacara dan mengajukan banding agar proses itu ditinjau ulang. Meski ia gigih memperjuangkan haknya, hakim menolak banding tersebut karena dianggap tidak memiliki dasar dan hanya memperlambat proses.
Dengan demikian, ancaman kebangkrutan kini berdiri tepat di depan mata Finnan.
Melepas Kenangan Emas untuk Bertahan Hidup
Tekanan finansial yang terus meningkat mendorong Finnan mengambil langkah yang paling menyakitkan dalam hidupnya. Untuk membayar biaya hukum dan menutup utang, ia menjual beberapa memorabilia paling berharga dari kariernya. Pada 2020, ia melepas medali Liga Champions 2005 serta jersey final yang ia kenakan di Istanbul.
Bagi para pendukung Liverpool, langkah itu terasa seperti hilangnya sepotong sejarah yang tak ternilai.
Karier Cemerlang yang Berbanding Terbalik dengan Nasib Pahit
Sepanjang kariernya, Finnan mencatatkan prestasi unik: ia tampil di seluruh divisi sepakbola Inggris, Liga Champions, Piala UEFA, Piala Intertoto, hingga Piala Dunia. Perjalanan panjang dari liga terbawah hingga panggung tertinggi Eropa menunjukkan betapa gigihnya ia membangun karier.
Meskipun begitu, kesuksesan itu tidak menjamin ketahanan finansial setelah pensiun. Ketika ia memasuki dunia bisnis tanpa kontrol yang kuat, risiko langsung datang menghampirinya.
Pelajaran Keras dari Kejatuhan Sang Pahlawan
Perjalanan Finnan dari pahlawan Istanbul hingga menjadi sosok yang berjuang melawan kebangkrutan menunjukkan betapa rumitnya kehidupan mantan atlet. Selain menyoroti risiko bisnis keluarga, kisah ini juga menegaskan pentingnya manajemen finansial yang matang setelah pensiun.
Kini, cerita hidupnya berdiri sebagai pengingat bahwa kejayaan di lapangan tidak selalu sejalan dengan stabilitas di luar lapangan. Jika dibutuhkan, saya dapat membuat versi yang lebih pendek, lebih dramatis, atau versi narasi untuk video dokumenter.
