Transfer Gila 2025! Liverpool Pecahkan Rekor, Isak ke Anfield, Arsenal Hamburkan Miliaran, dan Drama Pecundang Premier League
Jendela transfer musim panas 2025 resmi berakhir di lima liga top Eropa: Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, dan Prancis. Seperti biasa, Premier League kembali merebut sorotan utama. Liverpool langsung mencetak sejarah dengan merekrut Alexander Isak lewat transfer rekor, meski gagal menuntaskan kesepakatan Marc Guehi di detik terakhir.
Sementara itu, Newcastle berhasil memboyong Yoane Wissa dari Brentford. Pada saat yang sama, saga panjang Nicolas Jackson akhirnya membawa sang striker ke Bayern Munich. Bahkan, Manchester United dan Manchester City sama-sama mengamankan kiper anyar untuk memperkuat lini belakang. Namun, di luar Inggris, klub-klub besar justru bergerak minim. Fakta ini semakin menegaskan dominasi Premier League yang ditopang popularitas global dan kontrak hak siar bernilai masif.
Liverpool: Dari Kritik Hemat Jadi Raja Belanja
Setahun lalu, para suporter Liverpool menghujani FSG dengan kritik karena hanya menghadirkan Federico Chiesa untuk Arne Slot. Kini, situasinya berbalik total. John Henry dan jajaran manajemen justru menuai pujian karena strategi mereka terbukti jitu: menahan diri musim lalu membuka jalan bagi belanja besar tahun ini.
Liverpool tidak hanya mendatangkan bintang kelas dunia, tetapi juga melepas pemain dengan perhitungan cerdas. Hasilnya, mereka berhasil menutup hampir separuh dari total pengeluaran melalui penjualan. Dengan langkah itu, The Reds tetap aman dari ancaman Profitability and Sustainability Rules (PSR). Singkatnya, Liverpool kini berdiri sebagai tim paling menakutkan di Inggris sekaligus klub dengan manajemen paling efisien.
Leverkusen: Dari Pahlawan Jadi Korban
Musim lalu, Bayer Leverkusen menulis dongeng indah ketika Xabi Alonso membawa mereka meraih gelar ganda. Akan tetapi, musim panas ini berubah drastis menjadi mimpi buruk. Alonso memilih hengkang, lalu sejumlah bintang seperti Florian Wirtz, Jeremie Frimpong, Victor Boniface, hingga Granit Xhaka ikut pergi.
Lebih parah lagi, Erik ten Hag yang datang sebagai pengganti Alonso hanya bertahan dua pertandingan Bundesliga sebelum klub memecatnya. Situasi ini membuat Jarell Quansah menyesali keputusannya meninggalkan Liverpool, karena kini ia terjebak di klub yang sedang kacau.
Drama Isak, Wissa & Guehi: Tiga Jalan Berbeda
Drama transfer musim panas ini juga menghadirkan kisah kontras. Alexander Isak dan Yoane Wissa memilih menolak bermain untuk memaksa kepindahan, sedangkan Marc Guehi tetap menjaga profesionalisme meski gagal pindah ke Liverpool.
Akhirnya, Isak dan Wissa berhasil mendapatkan klub impian mereka. Sebaliknya, Guehi harus bertahan di Crystal Palace. Dari sini, tersirat pesan mengkhawatirkan: aksi mogok justru terbukti lebih efektif daripada sikap profesional.
Klub Menengah Kembali Terdesak
Musim lalu, tim-tim menengah Premier League seperti Brentford, Bournemouth, dan Aston Villa sering membuat tim besar kerepotan. Akan tetapi, musim panas ini justru menghancurkan mereka. Brentford kehilangan pelatih dan dua penyerang utama, Bournemouth kehilangan benteng pertahanan, sementara Villa gagal lolos ke Liga Champions sehingga hanya bisa berburu pemain pinjaman.
Lebih jauh lagi, Newcastle pun harus menerima kenyataan pahit. Keputusan Isak memilih Liverpool menunjukkan bahwa The Magpies belum cukup besar untuk mempertahankan bintang mereka.
Arsenal: Belanja Fantastis, Tekanan Tak Terhindarkan
Di tengah gegap gempita transfer Liverpool, Arsenal justru mencatat pengeluaran bersih lebih besar. Mikel Arteta mendatangkan Viktor Gyokeres, Martin Zubimendi, Eberechi Eze, serta dua bek anyar Piero Hincapie dan Cristhian Mosquera.
Dengan skuad sedalam ini, Arteta tak bisa lagi menggunakan cedera sebagai alasan. Sejak 2019, Arsenal sudah menggelontorkan hampir £1 miliar. Jika trofi besar tidak segera hadir, Arteta bisa saja kehilangan kursinya di Emirates.
United, Chelsea & Sterling yang Terjebak
Manchester United cukup sukses melepas pemain surplus, sementara Chelsea menjual Ben Chilwell ke Strasbourg, klub satelit mereka. Namun, masalah besar tetap ada: Raheem Sterling gagal menemukan klub baru.
Kini, Sterling terancam menghabiskan musim di bangku cadangan. Sebuah kemunduran karier yang tragis bagi pemain yang dulu dianggap sebagai rekrutan penting era Boehly.
Grealish Bangkit, Trafford Terbenam
Jack Grealish mengambil langkah berani dengan meninggalkan Manchester City. Keputusannya berbuah manis karena di Everton ia kembali menemukan permainan terbaik. Sebaliknya, James Trafford yang baru dipulangkan City justru harus gigit jari.
Harapan Trafford untuk menjadi penerus Ederson sirna ketika City mendatangkan Gianluigi Donnarumma. Situasi ini membuatnya kembali tersingkir, padahal sebelumnya ia meninggalkan City justru demi menit bermain.
Premier League: Liga Super Versi Nyata
Sementara Premier League menghamburkan miliaran pound, liga-liga lain di Eropa kian tertinggal jauh. Total belanja 20 klub LaLiga hanya sekitar £500 juta, sedangkan Liverpool sendirian mengeluarkan lebih dari £400 juta. Tidak heran jika frustrasi klub-klub elite Eropa melahirkan ide Liga Super. Faktanya, Premier League sudah menjadi Liga Super itu sendiri.
Cerita Lain: Mainoo, Rodrygo, Sunderland, & Barcelona
- Kobbie Mainoo bersinar di Euro 2024, tetapi kini Ruben Amorim jarang memainkannya di Manchester United.
- Rodrygo kehilangan tempat utama di Real Madrid sejak pelatih baru masuk.
- Sunderland tampil berani dengan belanja £180 juta dan sudah memetik dua kemenangan awal. Mereka terlihat siap mematahkan kutukan tim promosi yang cepat terdegradasi.
- Barcelona kembali menelan pil pahit. Nico Williams menolak bergabung karena khawatir soal pendaftaran, lalu memilih memperpanjang kontrak di Athletic Club. Blaugrana akhirnya hanya bisa mendaftarkan pemain baru berkat “bantuan” cedera Marc-André ter Stegen.

