Gila! Fernando Hierro, Bek Real Madrid yang Cetak 21 Gol dan Kalahkan Striker Legendaris LaLiga
Di era sepak bola modern, sulit membayangkan seorang bek tengah masuk perebutan gelar top skor liga. Namun, pada musim 1991/92, Fernando Hierro memecahkan semua logika itu.
Dikenal sebagai palang pintu kokoh Real Madrid, Hierro mendadak berubah menjadi mesin gol, membukukan 21 gol dalam satu musim LaLiga — sebuah rekor yang hingga kini belum tersentuh oleh bek mana pun di kompetisi tersebut.
Bersaing dengan Striker Kelas Dunia
Produktivitas luar biasa itu menempatkan Fernando Hierro di posisi kedua daftar pencetak gol terbanyak musim tersebut. Ia hanya kalah dari Manolo (Atlético Madrid) yang mengemas 27 gol.
Lebih mencengangkan lagi, Hierro sukses mengungguli bintang-bintang seperti Hristo Stoichkov (17 gol), maestro tendangan bebas Ronald Koeman (16 gol), hingga ikon Los Blancos Emilio Butragueño (14 gol).
Bagi seorang bek, ini bukan sekadar kejutan — ini adalah fenomena yang mematahkan pakem sepak bola.
Rahasia di Balik Ledakan Gol
Kunci sukses Hierro tak lepas dari visi taktis pelatih Radomir Antic. Alih-alih menempatkannya murni sebagai bek tengah, Antic memberi Hierro kebebasan bermain layaknya gelandang serang atau libero ofensif.
Dengan “lisensi menyerang”, Hierro kerap muncul dari lini kedua, menjadi eksekutor bola mati, dan memanfaatkan keunggulan duel udara untuk menaklukkan kiper lawan.
Senjata Mematikan: Penalti, Free Kick, dan Sundulan
Hierro bukan sekadar algojo penalti. Tendangan bebasnya bertenaga dan akurat, sementara kemampuan duel udara membuatnya menjadi momok di kotak penalti lawan.
Momen puncak terjadi saat ia mencetak empat gol dalam kemenangan 7-0 atas Espanyol — prestasi yang bahkan jarang dilakukan oleh striker murni, apalagi seorang bek.
Musim Emas yang Berujung Tragis
Sayangnya, di balik performa memukau itu, Real Madrid dilanda badai internal. Meski memimpin klasemen, Presiden Ramon Mendoza memecat Antic pada Januari 1992 dengan alasan gaya bermain dianggap membosankan.
Keputusan ini memicu kekacauan di ruang ganti. Di bawah pelatih baru Leo Beenhakker, performa Madrid menurun drastis.
Tragedi puncak terjadi di laga terakhir musim, ketika Madrid kalah 3-2 dari Tenerife setelah unggul 2-0, membuat trofi LaLiga berpindah ke tangan Barcelona.
Warisan yang Tak Tergoyahkan
Meski Madrid gagal juara, musim itu meneguhkan Hierro sebagai salah satu bek tersubur sepanjang masa. Dengan total 163 gol sepanjang karier, ia berdiri sejajar dengan Koeman dan Daniel Passarella dalam daftar bek paling produktif.
Bahkan legenda modern seperti Sergio Ramos tidak pernah mencapai angka 21 gol dalam satu musim liga.
Lebih dari Sekadar Statistik
Musim 1991/92 menjadi pelajaran penting bahwa taktik tepat dapat mengubah peran pemain hingga melampaui batas normal. Namun, kisah ini juga menjadi peringatan bahwa kekacauan internal klub dapat meruntuhkan peluang emas.
Bagi Hierro, musim itu adalah puncak karier yang memadukan kejeniusan taktik, insting predator, dan drama level tertinggi dalam sejarah Real Madrid.
