
Legenda Berambut Gimbal Ruud Gullit, Arsitek Total Football yang Mengguncang Dunia Sepak Bola
Kalau bicara pesepak bola yang tak hanya jago di lapangan tapi juga punya gaya yang tak terlupakan, Ruud Gullit wajib masuk daftar teratas. Pria Belanda kelahiran 1962 ini bukan hanya dikenal karena rambut gimbalnya yang ikonik, tapi juga karena kemampuannya yang nyaris lengkap. Kekuatan fisik, insting menyerang, visi bermain, hingga teknik kelas dunia—semua melebur dalam satu sosok: Ruud Gullit. Nikmati juga permainan terbaik dari kami hanya di ZEUSBOLA!!
Ia menjadi lambang sejati dari filosofi “total football”, gaya bermain khas Belanda yang menuntut semua pemain bisa melakukan segalanya.
Profil Singkat Ruud Gullit
-
Tempat/Tahun Lahir: Belanda, 1962
-
Posisi Utama: Penyerang, juga gelandang dan sweeper
-
Total Laga Klub: 465 pertandingan
-
Gol di Level Klub: 175 gol
-
Timnas Belanda: 66 caps, 17 gol
Debut Menawan di Usia Belia
Karier Gullit dimulai di usia yang sangat muda. Di umur 16 tahun, ia langsung masuk skuad utama HFC Haarlem. Dalam tiga musim, ia mencetak 32 gol dari 91 pertandingan—sebuah prestasi langka bagi remaja seusianya. Talenta ini dengan cepat menarik perhatian Feyenoord, klub raksasa Belanda yang mengontraknya pada 1982.
Di sana, ia tak hanya tampil cemerlang, tetapi juga sempat bermain satu musim dengan sang maestro Johan Cruyff. Kolaborasi singkat itu terbukti penting: Gullit tampil gemilang dan membawa Feyenoord menjuarai Eredivisie, serta dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Belanda.
Kepindahan Kontroversial ke PSV: Terbukti Tak Salah
Tahun 1985, Gullit membuat langkah besar yang menuai kritik: pindah ke rival, PSV Eindhoven. Tapi jawaban terbaik datang dari lapangan. Dua musim, dua gelar Eredivisie, dan 46 gol dari 68 pertandingan. Bahkan, ia kembali dinobatkan sebagai pemain terbaik Belanda pada 1986—membungkam semua keraguan.
Dominasi di Milan dan Ballon d’Or
Pada 1987, Gullit resmi menjadi properti Eropa setelah AC Milan membayar €6,75 juta—rekor dunia saat itu. Bersama Marco van Basten dan Frank Rijkaard, Gullit membentuk trio Belanda legendaris yang mendominasi sepak bola Eropa.
Debutnya di Serie A langsung mempersembahkan Scudetto pertama Milan dalam sembilan tahun, ditambah trofi Ballon d’Or sebagai pemain terbaik dunia.
Kapten yang Membawa Belanda Juara Eropa
Tak hanya di klub, Gullit juga berjaya bersama timnas. Ia menjadi kapten saat Belanda meraih gelar Euro 1988—satu-satunya trofi besar tim Oranje hingga kini. Ia mencetak gol pembuka di final melawan Uni Soviet, sebelum Van Basten menutup laga dengan salah satu gol terbaik sepanjang masa.
Masa Sulit dan Momen Kebangkitan
Cedera lutut menghantui Gullit di awal 90-an, membuat kontribusinya di Milan mulai berkurang. Namun, peminjamannya ke Sampdoria pada 1994 menunjukkan bahwa ia belum habis. Ia mencetak 15 gol dalam semusim—mengingatkan dunia bahwa si gimbal masih berbahaya.
Sayangnya, kariernya di Milan tak berlanjut, dan Gullit kembali ke Sampdoria sebelum akhirnya memilih tantangan baru di Inggris.
Chelsea: Titik Akhir, Awal Revolusi
Tahun 1995, Gullit bergabung dengan Chelsea. Ia sempat bermain sebagai sweeper, sebelum kembali ke peran gelandang. Menariknya, di klub inilah Gullit mulai berperan sebagai pemain sekaligus manajer—langkah yang tidak lazim kala itu.
Di bawah arahannya, Chelsea menjadi salah satu klub pertama yang membuka pintu lebar untuk pemain asing berbakat, menandai awal “revolusi asing” di Premier League.
Warisan Gullit: Lebih dari Sekadar Gol
Ruud Gullit bukan hanya pencetak gol atau peraih trofi. Ia adalah simbol dari era keemasan sepak bola Belanda, pelopor gaya bermain fleksibel, dan inspirasi bagi generasi setelahnya. Dari rambut gimbal yang mencuri perhatian hingga kepemimpinan di lapangan, Gullit menunjukkan bahwa sepak bola bukan sekadar permainan—tapi juga seni.