
Hampir ke Chelsea, Tapi Lihat Apa yang Dilakukan Steven Gerrard demi Liverpool
Sulit rasanya membayangkan Steven Gerrard mengenakan warna lain selain merah menyala milik Liverpool. Meski sempat menjalani satu musim di LA Galaxy, darah dan napasnya tetap berdenyut untuk Anfield. Petualangannya dimulai sejak usia 9 tahun, ketika ia pertama kali menapakkan kaki di akademi muda Liverpool. Sejak itu, ia tak pernah benar-benar jauh dari klub yang membesarkan namanya. Nikmati juga permainan terbaik dari kami hanya di ZEUSBOLA!!
Langkah Pertama yang Canggung di Tim Senior
Tahun 1998 menandai debut Steven Gerrard bersama tim utama. Pelatih menempatkannya sebagai pemain sayap kanan—posisi yang kurang ideal dan menghambatnya untuk menunjukkan potensi terbaik. Namun, segalanya berubah ketika pelatih memindahkannya ke posisi gelandang tengah, tempat ia menjalin kemitraan yang solid dengan Jamie Redknapp. Sayangnya, cedera berulang di punggung dan pangkal paha sempat memperlambat laju karier mudanya.
Musim Penentuan dan Awal Sebuah Dinasti
Musim 2000/01 menjadi titik balik kariernya. Gerrard mencetak 10 gol dalam semusim dan memainkan peran vital dalam keberhasilan Liverpool menggondol dua gelar: Piala FA dan Piala UEFA. Tak lama kemudian, pada musim 2003/04, Gerrard diangkat sebagai kapten. Meskipun musim itu tanpa trofi, kehadirannya sebagai pemimpin mulai memancarkan aura besar.
Tolak £20 Juta Demi Cinta—Momen yang Mengubah Sejarah
Saat Chelsea mengajukan tawaran besar senilai £20 juta, Gerrard berdiri di persimpangan. Banyak yang menduga ia akan pergi. Tapi ia memilih bertahan. Bersama pelatih baru Rafael Benitez, ia mempercayai proyek jangka panjang. Keputusan ini terbayar lunas pada malam magis Istanbul 2005, saat Liverpool melakukan comeback epik dari ketertinggalan 0-3 dan akhirnya menjuarai Liga Champions. Gerrard, seperti dalam naskah film, mencetak gol awal yang membangkitkan semangat tim.
MVP, Pahlawan FA Cup, dan Musim Terbaik
Musim 2005/06 menjadi tahun emas bagi Gerrard. Dengan torehan 23 gol dalam 53 laga, ia menyabet penghargaan Pemain Terbaik PFA. Di final Piala FA melawan West Ham, dua gol darinya memastikan Liverpool pulang dengan trofi. Sayangnya, inilah trofi besar terakhir yang ia raih bersama klub tercinta.
Gagal di Liga Primer dan Perpisahan yang Menguras Emosi
Musim 2013/14 menjadi tragedi yang menyakitkan. Liverpool hanya tinggal selangkah dari gelar Liga Primer, sebelum kekalahan dari Chelsea menghancurkan segalanya. Gerrard, yang terkenal karena terpeleset di laga itu, menjadi simbol luka kolektif seluruh fans. Tahun 2015, ia mengakhiri kisahnya bersama The Reds dan menuju Amerika untuk membela LA Galaxy. Meskipun tetap menunjukkan kelas, ia tak lagi mengguncang dunia seperti di masa jayanya.
Bersama Tiga Generasi Inggris, Tapi Hasilnya Tak Pernah Memuaskan
Di level internasional, Gerrard mencatatkan 114 penampilan untuk Inggris, tampil dalam tiga edisi Piala Dunia dan tiga turnamen Euro. Namun, skuad yang digadang-gadang sebagai “generasi emas” itu gagal berbicara banyak. Inggris tak pernah melampaui babak perempat final selama masa aktifnya.
Warisan Sang Jenderal Lapangan
Meskipun tidak mengoleksi trofi sebanyak beberapa rivalnya, Gerrard meninggalkan warisan yang jauh melampaui angka statistik. Para penggemar dan pengamat sepak bola memuji insting taktisnya, daya jelajahnya yang luar biasa, tendangan kerasnya dari luar kotak penalti, serta aura kepemimpinan yang terpancar secara alami. Pada awal 2000-an, hanya sedikit gelandang di dunia yang bisa menandingi dominasi dan karismanya.